Pantun merupakan salah satu jenis puisi lama yang sangat luas dikenal dalam bahasa-bahasa Nusantara. Lazimnya pantun terdiri atas empat larik (atau empat baris bila dituliskan), setiap baris terdiri dari 8-12 suku kata, bersajak akhir dengan pola a-b-a-b dan a-a-a-a (tidak boleh a-a-b-b, atau a-b-b-a).
Semua bentuk pantun terdiri atas dua bagian: sampiran dan isi. Sampiran adalah dua baris pertama, kerap kali berkaitan dengan alam (mencirikan budaya agraris masyarakat pendukungnya), dan biasanya tak punya hubungan dengan bagian kedua yang menyampaikan maksud selain untuk mengantarkan rima/sajak. Dua baris terakhir merupakan isi, yang merupakan tujuan dari pantun tersebut.
Secara umum peran sosial pantun adalah sebagai alat penguat penyampaian pesan. Kedekatan nilai sosial dan pantun bahkan bermula dari filosofi pantun itu sendiri. ”Adat berpantun, pantang melantun” adalah filosofi yang melekat pada pantun. Adagium tersebut mengisyaratkan bahwa pantun lekat dengan nilai-nilai sosial dan bukan semata imajinasi. Effensi (2005) mencatat semangat ”hakikat pantun menjadi penuntun" pada pantuan. Penjelasan tersebut meneguhkan fungsi pantun sebagai penjaga dan media kebudayaan untuk memperkenalkan dan menjaga nilai-nilai masyarakat.
Jenis – jenis pantun, yaitu :
- Pantun Adat
Bukan lebah sembarang lebah
Lebah bersarang di buku buluh
Bukan sembah sembarang sembah
Sembah bersarang jari sepuluh
- Pantun Agama
Daun terap di atas dulang
Anak udang mati di tuba
Dalam kitab ada terlarang
Yang haram jangan dicoba
- Pantun Budi
Apa guna berkain batik
Kalau tidak dengan sujinya
Apa guna beristeri cantik
Kalau tidak dengan budinya
- Pantun Jenaka
Jalan-jalan ke rawa-rawa
Jika capai duduk di pohon palem
Geli hati menahan tawa
Melihat katak memakai helm
- Pantun Nasihat
Jalan-jalan ke Kota Blitar
jangan lupa beli sukun
Jika kamu ingin pintar
belajarlah dengan tekun
- Pantun Kepahlawanan
Redup bintang haripun subuh
Subuh tiba bintang tak tampak
Hidup pantang mencari musuh
Musuh tiba pantang ditolak
- Pantun Kias
Anak Madras menggetah punai
Punai terbang mengirap bulu
Berapa deras arus sungai
Ditolak pasang balik ke hulu
- Pantun Percintaan
Jangan suka bermain tali
Kalau tak ingin terikat olehnya
Putus cinta jangan disesali
Pasti kan datang cinta yang lainnya
- Pantun Peribahasa
Ke hulu memotong pagar
Jangan terpotong batang durian
Cari guru tempat belajar
Jangan jadi sesal kemudian
- Pantun Perpisahan
Pucuk pauh delima batu
Anak sembilang di tapak tangan
Biar jauh di negeri satu
Hilang di mata di hati jangan
- Pantun Teka-teki
Kalau tuan muda teruna
Pakai seluar dengan gayanya
Kalau tuan bijak laksana
Biji di luar apa buahnya
- Pantun Lucu
Stasiun tugu stasiun kereta api
Tempat jualan si tukang lapis
Hari minggu cuma nonton tipi
Mau jalan dompet dah menipis
- Talibun
Talibun adalah pantun yang tiap bait jumlah barisnya lebih dari empat. Biasanya jumlah barisnya genap yang sebagian berupa sampiran dan sebagian berupa isi. Contohnya sebagai berikut.
Kalau engkau membeli jamu
Jangan asal engkau ingin
belilah jamu yang menyehatkan badan
Kalau engkau mencari ilmu
jangan lupa belajar rajin
dan jangan ada yang ketinggalan
Belajar itu tidak mengenal usia, belajar juga tidak mengenal waktu, maka dari itu yuk kita terus belajar agar semakin pandai dan berprestasi di masa ke depan.
Comments